Sejarah IPNU
Selasa, 24 Januari 2017
Latar Belakang Berdirinya IPNU
1. Faktor Aqidah
Karena mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam ala Ahlussunnah Wal jamaah.
2. Faktor pendidikan
Karena pendidikan merupakan media yang efektif untuk melakukan pengkaderan, sehingga kader-kader muda terdidik dan terarah untuk menciptakan kader yang professional. Pelajar memiliki usia, pemahaman dan latar pendidikan yang relatif sama sehingga akan mudah memberikan sebuah informasi atau pelajaran.
Tujuan lahirnya IPNU
1. Mempersatukan antar pelajar umum dan agama (santri).
2. Mengumpulkan anak-anak NU.
3. Mengembangkan pengetahuan agama dan umum.
4. Mempersiapkan pemimpin NU dan bangsa di masa datang.
5. Mengembangkan syari’at Islam Ala ASWAJA.
Organisasi yang lahir sebelum IPNU
1. Tsamrotul Mustafidin, lahir di Surabaya 11 Oktober 1936.
2. Persatuan Murid Nahdlotul Oelama (PAMNO) tahun 1936.
3. Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlotul Oelama (IKSIMINO), lahir di Semarang 1952.
4. Persatuan Pelajar Nahdlotul Oelama (PERPENO) lahir di Kediri.
5. Ikatan Pelajar Nahdlotul Oelama (IPINO).
6. Ikatan Pelajar Nahdlotul Oelama (IPNO) di Surakarta.
Sejarah singkat lahirnya IPNU
Pada dasarnya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan sebagai organisasi kesiswaan dan kesantrian, ia dimasukkan dalam rangka menyatukan gerakan langkah dan dinamisasi kaum terpelajar di kalangan Nahdliyyin.
Ketika Kongres LP Ma’arif NU di Semarang tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H atau 24 Februari 1954 M, M. Tholhah Mansur mengusulkan dibentuknya ikatan bagi pelajar NU yang mana anggotanya adalah putra NU dan usulan tersebut diterimaoleh forum. Detik itu pula IPNU dilahirkan di kota Semarang.
Dalam perjalanannya, IPNU mengalami 3 fase perubahan. Yang pertama, IPNU lahir dari basis pelajar dan santri, kedua IPNU berbasis umum dan ketiga IPNU kembali pada habitatnya yaitu basis pelajar dan santri. Pada saat fase kedua, IPNU mempunyai persoalan yang cukup besar dimanaIPNU hampir kehilangan jati dirinya sebgai kader. Hal itu terjadi akibat adanya tekanan yang dilakukan oleh rezim Orde Baru dengan strategi penerapan UU nomor 8 tahun 1985 tentang ideologi ormas yang menjadikan pancasila sebagai satu-satunya asas serta dipolitisasi (penghapusan) dengan mewadahi semua OKP dalam KNPI. Selai itu dengan adanya SKB tiga menteri yang salah satu poinnya pelarangan organisasi kesiswaan selain OSIS dan Pramuka.
Dengan demikian, IPNU berbenah diri dan mengubah orientasi dan garis perjuangan pasca diberlakukannya UU tersebut. Hal itu teraktualisasi dan terformulasi dalam Keputusan IPNU-IPPNU X tahun 1988 di Jombang, dengan mengganti huruf ”P” yang semula Pelajar menjadi Putra/Putri. Hal tersebut menjadikan segmentasi IPNU lebih luas.
Pasca Kongres tersebut, disadari maupun tidak disadari perluasan orientasi ternyata berdampak kurang baik terhadap kinerja dan aktifitas IPNU secara konstitusional maupun operasional. Maka pada Kongres IPNU tahun 2000 di Makasar mengeluarkan deklarasi Makasar lewat rekomendasi Komisi A (organisasi) yang mencetuskan keputusan :
1. Mengembalikan IPNU pada visi keterpelajaran sebagimana tujuan awal.
2. Menumbuhkembangkan IPNU pada basis perjuangan yaitu di sekolah dan Ponpes.
3. Mengembalikan Corp Brigade Pembangunan sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan kepencintaalaman di sekolah-sekolah)
Fase ketiga merupakan Implementasi dari isi deklarasi Makasar tahun 2000. Tepatnya pada Kongres XIV IPNU di Sukolilo Surabaya 18-21 Juni 2003 IPNu kembali ke habitatnya. Mengembalikan IPNU ke basis pelajar dan santri merupakan salah satu bentuk pembenahan diri untuk menata organisasi. Oleh karena itu, dengan menggarap kalangan pelajar diharapkan akan lebih cepat dan efektif dalam memberikan pemahaman terhadap konsep dan ajaran NU sehingga kan melahirkan kader-kader professional sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Tokoh pendiri IPNU
1. Tholhah Mansyur (Mahasiswa UGM)
1. Ismail (Mahasiswa IAIN Kalijogo)
2. Mahbub Junaidi (Mahasiswa UI).
3. M. Sofyan Kholil
4. Ghani Farida
5. M. Uda
6. M. Sahal Makmun (Mahasiswa UI)
7. Abdurrohman Wahid (Jawa Timur)
8. Ilyas Ru’at (Jawa Barat).
Sifat IPNU
1.) Keterpelajaran
2.) Kekeluargaan
3.) Kekaderan
4.) Kemasyarakatan
5.) Keagamaan
Fungsi IPNU
1. Wadah berhimpun untuk melanjutkan semangat dan nilai-nilai nahdliyah.
2. Wadah komunikasi untuk menggalang ukhuwah islamiyah.
3. Wadah aktualisasi dalam pelaksanaan dan pengembangan syari’at islam.
4. Wadah kaderisasi untuk mempersiapkan kader-kader bangsa.
Lima pedoman yang harus diperhatikan dalam pengembangan IPNU (Mabadi Al-Khomsah)
1. Ash-Shidqu : Jujur/keberanian, kesungguhan dan keterbukaan.
2. Al-Amanah : Dapat dipercaya, setia dan tepat janji.
3. Al-Adalah : Adil.
4. Ta’awun : Tolong menolong, setia kawan dan gotong royong.
5. Istiqomah : Tetap, berkesinambungan dan berkelanjutan.
Jenjang Kepengurusan IPNU
1. Tingkat Nasional disingkat PP (Pempinan Pusat),
2. Tingkat Provinsi Jawa Tengah disingat PW (Pimpinan Wilayah), Tingkat Kabupaten disingkat PC (Pimpinan Cabang),
3. Tingkat Kecamatan disingkat PAC (Pimpinan Anak Cabang)
4. Tingkat Desa disingkat PR (Pimpinan Ranting).
5. Tingkat sekolah disingkat PK (Pimpinan Komisariat).